Thursday, October 5, 2017

Pengelolaan Pembelajaran Di Kelas Melalui Pembelajaran Efektif
Mengacu Pada Kurikulum 2013

Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar[1]. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung di sekolah pada umumnya masih menghadapi masalah – masalah. Diantaranya adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Keberhasilah belajar ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa aspek. Salah satu aspek penentunya adalah guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan. Masalah penting yang mendasar bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah bagaimana upaya untuk memperbaiki pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan mudah.Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Hal ini dipertegas pendapat (Zainul, dkk: 2004) bahwa tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman dalam  belajar mengajar.Faktor yang menghambat keberhasilan seorang peserta didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan. Seorang peserta didik akan merasa jenuh apabila model atau cara mengajar seorang guru monoton atau tidak bervariasi. Mengapa demikian dan bagaimana solusinya? Bahwa seoarang siswa atau peserta didik membutuhkan suatu hal yang baru, karena dengan cara mengajar guru bervariasi siswa dapat belajar dengan maksimal, bahkan akan lebih mudah menerima penjelasan dari seorang guru. Disini guru harus terampil menggunakan variasi. Penggunaan variasi disini dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta didik.
Karena itu ketrampilan menggunakan variasi adalah sangat penting bagi guru sekolah dasar dalam upaya memelihara dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang lebih baik dan efektif. Mengadakan variasi belajar adalah menciptakan suatu yang baru dalam proses belajar mengajar, yang mengarahkan siswa, melibatkan siswa, sehingga sekolah tidaklah merasa sebagai beban yang berat, tetapi merasa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Pengertian penggunaan variasi merupakan ketrampilan guru di dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yag efektif.
Kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:. Berpusat kepada siswa, Belajar dengan melakukan, Mengembangkan kemampuan sosial, Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, Pengembangan keterampilan pemecahan masalah, Mengembangkan kreativitas siswa, Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, Belajar sepanjang hayat, dimana pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas sehingga peserta didik akan berfikir secara kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan kompetensi yang ada pada diri peserta didik.
Perlu Model Pembelajaran dalam  mengolah pembelajaran agar runtut tidak meloncat-loncat, maka diperlukan model pembelajaran yang perluditerapkan di kegiatan inti, Model pembelajaran merupakan acuan sistematis yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran, yaitu fokus, memiliki sintak, sistem sosial, dan sistem pendukung, salah satunya Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran Kooperatif  adalah pembelajaran yang dirancang agar siswa bekerja dalam tim atau kelompok untuk mencapai tujuan belajar.Tim atau kelompok itu diharapkan terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.Bahkan apabila mungkin terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.Tujuan belajar yang dimaksud di atas adalah prestasi akademik, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial.  (Areds, Richard I, 2007:5). Banyak model yang dapat diterapkan pada pembelajaran dikelas,tergantung pada guru yang memberikan pembelajaran tersebut. Agar pembelajaran itu efektif dan menarik, pintar pintalah guru untuk menyesuaikan kebutuhan yang diperluhkan siswa saat mengajar.

Sunday, December 14, 2014

Cara Belajar Efektif



1. Belajar tanpa Mood

Belajarlah karena kesungguhan kita untuk berubah, jangan belajar hanya dengan berlandaskan mood saja.


iya kalau pas nice mood, la kalau pas bad mood kita jadikan alasan untuk kita tidak belajar, saya berani jamin ilmu yang anda pelajari akan sama halnya dengan air yang menetes di lapangan panas, sangat mudah menguap. Jadi jangan pernah belajar berdasarkan mood ya kalau ingin hasil yang memuaskan.


2. Belajarlah di manapun anda suka

Carilah tempat yang nyaman dan dapat menenangkan pikiran kita sewaktu belajar, dengan keadaan yang nyaman kita akan lebih mudah dalam memahami materi.


3. Jangan belajar terlalu banyak ketika akan ujian

Inilah sebuah doktrin yang saya rasa sangat keliru, "kamu harus belajar sungguh-sungguh, besok ada ujian"..kira-kira teman-teman sudah mendengar ocehan yang seperti itu? Ini adalah kesalahan, sebenarnya ketika akan ujian itu kita gunakan untuk merehat otak sekejap, justru pas hari-hari biasalah kita harus sungguh-sungguh. Sistem KS (kebut semalam) sangat merusak cara berpikir kita, karena hanya akan menimbulkan tekanan bukan pengetahuan.


4. Belajar sambil diskusi

Belajar secara kelompok memang dimaksudkan agar seseorang yang kurang mampu memahami materi bisa berdiskusi dengan orang yang sudah paham. Sehingga pertukaran ide terus berjalan, yang pintar tidak semakin pintar, begitu pula yang bodoh tidak semakin terperosok. Semua bisa menjadi seimbang.


5. Belajar dengan diiringi musik

Musik memang bisa meningkatkan konsentrasi kita dalam belajar, namun hal ini tidak selalu terjadi pada setiap orang. Ada beberapa orang yang malah suka keadaan yang hening. Jadi, jika musik bisa membantumu berkonsentrasi, just listen it :)


6. Jangan hanya menghafal

metode menghafal mungkin bisa menyukseskan kita dalam mencari "nilai-yang-baik", namun apakah pengetahuan kita bertambah? tidak. Pahamilah materi dengan mempelajari konsep-konsepnya, bagaimana hal itu bisa terjadi, mengapa, apa selanjutnya, begitulah cara berpikir yang harus dikembangkan meskipun memakan waktu yang cukup lama. Sehingga kita akan tahu betapa indahnya Ilmu Pengetahuan itu. Dalam film 3 idiots, ada sebuah quotes yang sangat mengena: "Dengan menghafal, kamu bisa menghemat waktumu selama 4 tahun di universitas, namun kau telah menghancurkan 40 tahun hidupmu kedepan"


7. Jangan malu-malu untuk bertanya

Bila kita ada yang belum paham mengenai materi yang diajarkan, cukup dengan acungkan jari dan bertanyalah kepada bapak/ibu guru, jangan malu bertanya bila kita tidak bisa, jangan jadikan gengsi "takut dibilang lambat oleh teman2" sebagai alasan, karena hal yang seperti itu tidak masuk akal!


8. Coba dan Gagal (Trial and Error)

Dalam hidup ini, gagal adalah teman kita juga, jadi jangan pernah menghindar darinya. Kita terjatuh, untuk apa? agar kita tahu bagaimana cara untuk bangun. Kita tidak akan pernah tahu yang benar itu bagaimana jika kita tidak kenal dengan KESALAHAN dulu. Materi yang sesulit apapun, pasti akan bisa kita kuasai asal tidak ada kata menyerah memahaminya. Coba terus, gagal sudah biasa.


9. Cintailah mata pelajaran yang anda suka

Anda tidak bisa dalam fisika (misal), namun anda sangat mencintai pelajaran yang satu ini. Maka dengan kecintaan itu, suatu saat akan menjadikan anda seorang fisikawan hebat, karena sesuatu yang dilakukan sepenuh hati akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Sekarang tidak bisa, namun karena kecintaan tersebut anda mempelajarinya setiap waktu, tunggulah hingga mimpi indah tiba. You'll be the best, but wait until the time's coming on ^_^


10. Ingatlah tujuan utama kita sekolah

Tujuan utama kita sekolah ialah untuk mencari ilmu pengetahuan, bukan hanya menerima "Cara Untuk Memperoleh Nilai yang Baik" saja. Nilai tidak akan bisa mencerminkan kualitas seseorang, lihatlah kenyataannya. Tidak masalah kita ada di peringkat berapapun, yang terpenting ialah belajar bukan untuk mencapai kesuksesan..tetapi untuk membesarkan jiwa. ini merupakan Cara Belajar paling Efektif yang terus saya gunakan, karena saya yakin ilmu bukan sebatas CORETAN NILAI, tapi banyaknya kita berbagi kepada sesama.


11. Kunci semua metode belajar

Kuncinya terletak pada kesungguhan kita dalam berdo'a, karena saya masih ingat betul ada yang bilang kecerdasan seseorang 73% dari kesungguhan do'anya, sedangkan 27% dari belajar. Intinya do'a sangatlah penting, sebagai bentuk pasrah kita Kepada Allah. Namun belajar juga sangatlah penting, ingat! Tidak bisa mencapai 100% tanpa ada yang 27% tersebut.

Memahami Karakter Anak


Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.Sebagai  implikasinya pendidik tidak mungkin memberi perlakuan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan. Oleh karena anak SD memiliki keunikan masing-masing sebagai individu yang khas yang sedang  mengalami pertumbungan dan perkembangan, untuk mentotalitaskan potensi yang dimilikinya maka  pendidik memerlukan adanya pemahaman karakter peserta didik khususnya anak usia SD. Dalam memahami karakteristik terssebut, kita sebagai pendidik harus mengerti beberapa aspek antara lain:
1.      Perkembangan
Perkembangan merupakan proses perubahan pada manusia baik secara fisik maupun mental, sejak berada dalam kandungan sampai manusia meninggal dan  ini terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Perkembangan sangat ditentukan oleh factor lingkungan dimana manusia itu tumbuh dan belajar.
2.      Kematangan
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertunbuhan fisik dan biologis, sesaperti anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya
3.      Pertumbuhan
Pertumbuhan terutama terjadi karena pengaruh faktor internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan. Sebagai contoh dorongan untuk berbicara karena kematangan organ bicara, sedangkan penggunaan bahasa tergantunga pada lingkungan sebagai akibat dari perkembangan
4.      Belajar
Sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu(kognitif)I , dari tidak mau menjadi mau(afektif) dan dari tidak bias menjadi bias(psikomotorik). Proses kematangan dan belajar akan mempengaruhi kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik denga seseorang yang memiliki  yang  dan belajar yang buruk.
Pada dasarnya ke empat aspek tesebut memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana perkembangan merupakan proses perubahan pada manusia baik secara fisik maupun mental, kematangan merupakan perubahan yang terjadi pada individu karena adanya pertumbuhan fisik dan biologis, sedangkan pertumbuhan tejadi akibat kematangan dan proses pendewasaan sebagai hasil belajar. Keempat aspek inilah yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan karakter seseorang termasuk anak Usia SD.
Karakteristik anak usia sd( siswa) merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari kodrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, maka bentuk dan karakter  siswa menjadi berbeda sesuai dengan keadaan pribadinya. Pemahaman karakter pada anak usia SD sangat penting karena dapat mempermudah terjadinya proses belalajar mengajar. Adapun bentuk dan karakter anak usia SD masa kelas-kelas rendah, rentang usia 5 sampai 9 tahun adalah:
1. Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmis.
2 .Menyenagi pergaulan aktifitas dan berkompetitif, rasa ingin tahunya besar
3. Selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhkan dan menyenagi aktivitas kelompok.
4. Meningkatnya minat pada permainan yang terorganisasi
5 .Cenderung membandingkan dirinya dengan teman-temanya,r senang menirukan idola
6. Mudah gembira dan sedih, selalu menginginkan persetujuan orang dewasa tentang apa yang diperbuat
            Karakteristik anak usia antara 10-12 tahun atau masa kelas tinggi sekolah dasar:
1.      Menyenagi permainan aktif
2.      Minat terhadap olahraga kompetitif dan permainan organisasi meningkat
3.      Rasa kebanggan dan ketrampilan yang dikuasai tinggi
4.      Mencari perhatian orang dewasa
5.      Pemujaan kepahlawanan tinggi
6.      Mudah gembira kondisi emosionalnya tidak stabil
7.      Mulai memahmi arti waktu dan ingin mencapai sesuatu pada waktunya
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu guru di haruskan memiliki kemampuan khusus untuk bias mengiringi, memahami, dan membimbing kararakter anak usia sd agar bias tetap terkontrol dan terarah ke hal positif sesuai tujuan pembelajaran yang dilakukan. Kemapuan khusus tersebut sering disebut dengan Kompetensi kepribadian guru.
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan kopetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:
  1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
  3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
  4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a)  menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional
Oleh karena hal tersebut guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik diharapkan mampu memahami karakteristik anak didiknya agar proses pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini menimbulkan arti penting kompetensi kepribadian guru bagi siswa:
 
1.      Guru adalah pendidik  profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang,  melainkan  sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
2.      Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, Guru harus berperilaku sesuai norma agar orangtua siswa dapat mempercayakan anaknya untuk di asuh, kepercayaan itulah yang menjadi kekuatan bagi pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai karakter anak didiknya.
3.      Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain  membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam tataran realita upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional).Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seolah-olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing. Oleh karena itu, seorang guru harus mengambil tanggung jawab  dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi sebelum dapat berusaha mengembangkan dan memahami karakter anak didiknya, guru harus  senantiasa berusaha menguatkan kualitasnya dengan cara: Essential Life Skill (1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting dan dihargai  (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif  setiap orang tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin luas, (6) Jadilah diri Anda sendiri,  dengan menunjukkan keotentikan dan  keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif, (8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9) Bersikap suportif  kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan (10) Miliki integitas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat

Hakikat Pendidikan




Hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif  sampai zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia di dunia, pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai pertanda  bahwa manusia sebagai makluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu tampak pada proses pendidikan (Syaifullah,1981).
Maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan konsep-konsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian: pendidikan dan ilmu pendidikan; pendidikan dan sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi: tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum dan metode pembelajaran.
      TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada periode 2010-2014, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan visi terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan indonesia cerdas komprehensif. Insan Indonesia cerdas komprehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis.Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan lima misi yang biasa disebut lima (5) K, yaitu; ketersediaan layanan pendidikan; keterjangkauan layanan pendidikan; kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan; kesetaraan memperoleh layanan pendidikan; kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan.
            PENDIDIK
Pendidik atau guru banyak diartikan orang, ada yang mengatakan di gugu lan ditiru (Jawa), yaitu orang yang harus di gugu dan di tiru oleh semua muridnya. Artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan di yakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya dan sekaligus untuk diteladani. Adapun definisi guru menurut :
a.       Zakiyah Daradjat
Mengartikan  guru adalah pendidik professional, karena secara inplisit ia telah menerima dan memikul sebagian tanggung jawab orang tua murid ketika menyekolahkan anaknya ke sekolah atau madrasah, berarti telah melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.
b.       Poerwadarminta
Mengartikan guru adalah orang yang kerjanya mengajar.
Guru dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif maupun potensi psikomotorik dan mampu mandiri secara makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam memenuhi tugasnya sebagai makhluk Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka dalam kesesatan yang nyata (Ali Imran : 3).
Petikan ayat tersebut mengandung makna yang utama bahwa Rasulullah SAW selain sebagai Nabi ia juga sebagai pendidik (Guru). Makna lain yang terkandung dalam ayat tersebut adalah :
a.       Penyucian, yakni pembersihan, pengembangan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.
b.      Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan aqidah kepada akal dan nurani kaum muslimin agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku kehidupannya.
Pekerjaan Guru adalah mendidik. Mendidik itu merupakan suatu usaha yang amat kompleks, mengingatkan banyaknya kegiatan yang harus diantisipasi untuk membantu anak didik menjadi orang yang dewasa. Kecakapan mendidik mutlak diperlukan, agar  tujuan pendidikan itu dapat tercapai, untuk itu seorang guru benar-benar dituntut untuk bekerja secara profesional. Dengan kata lain guru adalah pekerjaan profesional.      
D.    PESERTA DIDIK
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi perkembangan mental. Setiap individu memerlukan bantuan dan perkembangan pada tingkat yang sesuai dengan tugas perkembangan setiap anak didik. Peserta didik berbeda menurut kodratnya di mana ia sedang mendapatkan pendidikan. Dalam keluarga yang berfungsi sebagai peserta didik adalah anak, di sekolah-sekolah adalah murid, di masyarakat yaitu anak-anak yang mebutuhkan bimbingan dan pertolongan menurut lembaga yang mengasuh pendidikan tersebut. Dengan demikian pendidikan harus memahami irama perkembangan setiap peserta didik pada tiap-tiap tingkat perkembangan sehingga memungkinkan memberikan bantuan yang tepat dan berdaya guna. Adapun hubungan antara pendidik dan peserta didik itu dalam proses belajar mengajar itulah yang merupakan faktor yang sangat menentukan.
Setiap kegiatan pendidikan sudah pasti memerlukan unsur anak didik sebagai sasaran dari pada kegiatan tersebut. Yang dimaksudkan dengan anak didik di sini adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang sudah dewasa, guna dapat melaksankan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu yang mandiri.
Sudah di jelaskan bahwa anak pada waktu lahir mendapkan bekal berupa perbuatan sikap yang di sebut insting. Insting tidak banyak berperan dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga mendapatkan bekal berupa benih dan potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada waktunya dan apabila ada kesempatan dan stimulusnya melalui kegiatan pendidikan yang diberikan padanya. Benih atau potensi tersebut dinamakan pembawaan.
Setiap anak didik mempunyai pembawaan yang berlainan. Karena itu pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan itu sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing.
E.     Kurikulum
Banyak para ahli yang mendifinisikan kurikulum, yaitu antara lain:
a.       Lewis dan Meil
Kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, merumuskan hasil belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban peserta didik.
b.      Taba
Kurikulum adalah tak peduli bagaimana rancangan detailnya. Suatu kurikum biasanya mengandung suatu kenyataan mengenai maksud dan tujuan tertentu. Ia memberi petunjuk tentang beberapa pilihan dan susunan isinya. Ia menyuratkan pola-pola belajar dan mengajar tertentu, baik karena dikehendaki oleh tujuannya maupun oleh susunan isinya. Akibatnya ia memerluakn suatu program pengevakuasian hasil-hasilnya.
c.       Stratemayer Sc
Dewasa ini kurikulum dianggap sebagai hal yang meliputi bahan pelajaran dan kegiatan kelas yang dilakukan anak dan pemuda; keseluruhan pengalaman di dalam dan diluar sekolah atau kelas yang di sponsori oleh sekolah: dan seluruh pengalaman hidup murid. Adapun batasan yang di terima pedidikan harus menetapkan ke arah ilmu pengetahuan, pengertian-pengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalaman-pengalaman yang baru akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan kurikulum berhasil diterapkan di sekolah apa tidak.
d.      Webster
Dalam kamusnya, kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu yang pertama, sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari murid di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperolah ijazah tertentu. Yang kedua, sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departeman.
e.       Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, definisi kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk tujuan pendidikan tertentu.
f.        Kurikulum secara sederhana kita sebut program pendidikan adalah jalan terdekat untuk sampai kepada tujuan pendidikan.
Menurut Brubecher, dengan tujuan atau arah proses pendidikan yang ditetapkan, langkah selanjutnya sesudah jelas yaitu cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan tersebut. Diantara semua itu maka kurikulum meminta perhatian pertama. Sesuai dengan asal pengertiannya, menurut bahasa latin, kurikulum ialah suatu landasan terbang, suatu arah yang dilalui orang untuk mencapai tujuan, seperti dalam suatu perlombaan, kurikulum atau kadang-kadang di sebut bahan pelajaran. Apapun namanya, namun kurikulum itu menggambarkan landasan di atas, maka murid  dan guru berjalan bersama mencapai tujuan dari pendidikan.       
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat di simbulkan sebagai berikut: kurikulum merupakan rumusan, tujuan mata pelajaran, garis besar pokok bahasan penilaian dan perangkat lainnya. Sedangkan pokok pikiran penting yang biasa dalam kurikulum adalah tujuan pendidikan, bahan pelajaran, pengalaman dan aspek perencanaan.
Isi dari program pendidikan adalah segala sesuatu yang di berikan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang tersebut, jenis-jenis bidang studi yang di tentukan atas dasar tujuan instruksional lembaga pendidikan yang bersangkutan. Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenarnya adalah isi kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebut dengan nama silabus bagi pendidikan di perguruan tinggi. Silabus biasanya dijabarkan kedalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang di jadikan dasar pangambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak pendidik. Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokok bahsan didasarkan pada tujuan intruksional. 
Ada dua tujuan yang terdapat dalam kurikulum dalam suatu pendidikan yaitu :
a.       Tujuan yang ingin di capai secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang di harapkan dimiliki oleh para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Itulah sebabnya tujuan ini disebut tujuan intruksional atau kelembagaan.
b.      Tujuan yang ingin di capai oleh setiap bidang studi/mata kuliah.
Tujuan ini adalah penjabaran tujuan intuksional diatas yang meliputi tujuan kurikulum dan intruksional yang terdapat dalam GPP (Garis- garis Besar Pengajaran) tiap bidang studi/mata kuliah. Baik kuirkulum maupun intruksinal juga mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap peserta didik setelah mempelajari tiap bidang studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran.
       Suatu tujuan tidak akan tercapai dengan mudah tanpa melalui hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum dikelas antara lain yaitu:
a)         Guru
Guru dalam berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini di sebabkan beberapa hal, pertama: kurang waktu, kedua: perbedaan pendapat antara guru dan kepala sekolah dalam kurikum yang akan diterapkan dan administatornya, ketiga: kemampuan guru yang terbatas.
b)        Masyarakat
Untuk mengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidik atau kurikulum yang sedang berjalan.
c)         Biaya
Untuk mengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk eksepimen baik metode, ini atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit. 

METODE-METODE PEMBELAJARAN.
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 23 yang artinya:
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Yunus : 23)
b.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
c.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
d.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
e.       Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
f.       Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
g.      Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
h.      Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.

Pendidikan Karakter

 
 
 
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar, dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai - nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekkan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan sekolah, dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus antara lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga, dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat proses pembentukan tersebut.
Di samping itu, tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai - nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab, situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.
Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata - mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai - nilai etika, estetika, dan budi pekerti yang luhur. Selain itu karakter yang harus dimiliki siswa diantaranya yaitu kerja sama, disiplin, taat, dan tanggung jawab. Dan yang terpenting adalah praktekkan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.